Kamis, 04 Februari 2010

Mozart, Si Jenius yang Penurut

Ada satu saat dalam sejarah musik di mana semua pihak yang berlawanan pandangan bersepakat, dan saat itu ada pada Mozart. Dialah komposer yang tidak perlu merevisi satu nada pun dalam karyanya.

Mozart adalah musisi dan komponis besar yang, menurut Robert Schumann, merupakan salah satu dari tiga jenius musik bersama Ludwig van Beethoven dan Johann Sebastian Bach. Pencapaiannya dianggap setingkat dengan prestasi Raphael dan Shakespeare di bidangnya. Sebagian orang menyebutnya salah satu jenius terbesar dalam peradaban Barat. Dia telah menghasilkan lebih dari 600 karya selama hidupnya yang hanya 35 tahun.

Namun, Mozart yang jenius ternyata juga memiliki sisi lain kehidupan yang menarik, terutama hubungannya dengan ayahnya, Leopold Mozart--seorang musisi profesional berpendidikan tinggi. Mozart seorang anak penurut yang taat kepada ayah dan keluarganya.

Lahir dari keluarga musisi pada 27 Januari 1756 di Salzburg, Austria, Wolfgang Amadeus Mozart menjadi sosok fenomenal. Pada usia tiga tahun ia telah belajar musik dan memahami pelajaran secepat pelajaran itu diberikan kepadanya. Pada usia lima tahun ia telah mencipta beberapa karya dan kord-kord yang menyenangkan. Saat berumur enam tahun ia telah menulis sejumlah karya cantik untuk harpsikord dan berupaya menciptakan sebuah konserto.

Mozart kecil, Si Anak Ajaib yang dikenal sebagai pencipta Eine Kleine Nachtmusik, juga simfoni, konserto, opera, dan sonata, tak ubahnya sebuah bintang nan amat cemerlang di angkasa musik. Bukan saja musik-musik gubahannya mempesona, tapi ia juga melambangkan kejeniusan yang fenomenal. Julukan "sang maestro Mozart" diberikan kepadanya ketika usianya belum genap delapan tahun. Di sisi lain, kehidupan keluarganya yang penuh gejolak juga patut disimak. Leopold seorang figur dominan. Dan Mozart, di luar bakat briliannya sebagai komposer, terus menjadi "anak kecil" di bawah bayang-bayang ayahnya.

Kisah hubungan antara Mozart dan ayah menjadi sorotan utama buku ini. Hidup sebagai borjuis lokal membuat ayah Mozart sangat berambisi menjadikan anak-anaknya pekerja keras demi kehidupan dan martabatnya kelak. Karenanya, keluarga Mozart memegang teguh nilai-nilai borjuis lokal: kerja keras, jujur, setia pada pasangan, dan cepat melunasi tagihan.

Wolfgang Mozart adalah anak yang baik dan penurut, tapi apakah Leopold ayah yang baik? Pengaruh ayahnya tampak sangat jelas dan bertahan sangat lama sehingga tak seorang pun penulis biografi Mozart dapat melewatkan hubungan ayah-anak yang penting ini. Leopold Mozart adalah guru, kolaborator, penasihat, perawat, sekretaris, impresario, agen pers, dan pemandu sorak bagi Mozart.

Sejak sangat belia, Mozart tahu siapa yang paling berjasa bagi dirinya: "sesudah Tuhan", katanya, "papa-lah yang paling banyak berjasa." Meski terkadang dengan kesabaran dan kerendahan hati yang menyentuh, ia menangkis tuduhan kasar ayahnya yang hampir selalu tanpa dasar menduga Mozart melakukan kesalahan atau kekeliruan tertentu. "Aku hanya memiliki satu permintaan," tulisnya dengan nada sedih pada akhir 1777, ketika usianya mendekati dua puluh dua, "yaitu janganlah terlalu berprasangka buruk tentang diriku."

Sikap ayahnya yang demikian merupakan tuntutan sekaligus kekhawatiran sang ayah terhadap kehidupan keluarganya. Sebagai keluarga sederhana, tumpuan hidup keluarga Mozart diperoleh dari kegiatannya bermusik. Singkatnya, ada beragam motivasi yang membentuk hubungan Leopold dengan sang anak, dan ini sangat manusiawi. Langkah-langkah Leopold ini di antaranya didorong oleh kekhawatirannya yang irasional tentang keuangan keluarga.

Mozart merupakan komponis pertama dalam sejarah yang berusaha hidup dari pekerjaannya sebagai seniman yang berdiri sendiri. Ini terjadi, terutama setelah hubungannya dengan Uskup Agung Hieronymus, Pangeran Colloredo, retak pada 1781. Sampai akhir hayatnya, Mozart hidup dalam kemiskinan. "Keliru kalau orang mengira bahwa seni datang dengan gampang pada saya. Tidak seorang pun yang mencurahkan begitu banyak waktu dan pikiran bagi komposisi seperti saya. Tidak ada seorang empu masyhur yang musiknya tidak saya kaji berulang-ulang."

Penjelasan Mozart di atas mungkin ia pandang perlu karena pencinta musik gubahannya banyak yang mempercayai bahwa musik adalah urusan gampang bagi jenius ini. Wajar saja dugaan itu muncul. Di tangan Mozart, musik seakan lahir begitu saja dan mengalir indah, dengan style yang bisa dikatakan sempurna. Yang mendengar musik Mozart pun lebih kurang akan berpandangan sama.

Kemasyhuran Mozart di bidang musik menyebabkan nama dan komposisinya--selain Johann Sebastian Bach--menjadi paling sering dijadikan tema festival di seluruh dunia, hingga kini. Sebagian dari festival itu sudah berumur bertahun-tahun dan termasuk festival yang bergengsi di dunia, seperti halnya Mostly Mozart Festival di New York yang sudah berumur 37 tahun dan selalu dihadiri artis-artis besar dunia.

Komponis besar ini hanyalah satu dari sekian banyak komponis kondang dari Austria. Sebut saja Ludwig van Beethoven, Anton Bruckner, Franz Joseph Hayden, Franz Schubert, Johann Srausses, Franz von Suppe, Franz Lehar, Gustav Mahler, Richard Strauss, Alban Berg, Anton Webern, dan Arnold Schoenberg. Austria juga menghasilkan dirigen kondang, misalnya, Felix Weingartner, Clemens Krauss, dan Herbert von Karajan. Itulah sebabnya Austria disebut sebagai "Bumi Musik". Di Winna, Austria, ada dua gedung opera yang begitu kondang, Volksoper (Opera Rakyat) yang dibuka pada 1904, dan Vienna State Opera yang dibuat pada 1869.

Puluhan, atau bahkan ratusan, buku telah dibuat tentang Mozart. Sejarah hidupnya telah banyak ditulis. Masa hidupnya yang pendek, tapi menarik, menjadi sumber cerita yang dirangkai secara imajinatif oleh Franz Xaver Niemetschek, pemuja Mozart dari Praha, dalam Leben des K.K.Kapellmeisterswolfgang Gottlieb Mozart nach Originalquellen Beschrieben (1798). Ia juga dianggap sebagai penulis pertama biografi Mozart.

Sebuah biografi utuh terbaru karya Maynard Solomon, Mozart: A Life (1995),merupakan buku yang sangat mengesankan karena penulisnya memakai perspektif psikoanalisis dalam mengeksplorasi penguasaan musik Mozart. Sebuah buku lebih dari 600 halaman ini mampu menyuguhkan informasi tentang karir musik Mozart dan menelisik kehidupan batinnya yang ditulis secara mendetail. Dan masih banyak buku-buku yang lain.

Sementara itu, buku yang ditulis oleh Peter Gay ini terfokus pada konflik endemik ayah-anak, dan banyak mengutip buku hasil tesis Solomon. Inilah sisi lain kehidupan Mozart. Di satu sisi, dia harus menerima perlakuan ayahnya yang dominan terhadap dirinya, di sisi lain dia harus tetap mencipta dan menggubah karya musik yang bagus.

Bahkan, kisah hidup Mozart juga diangkat dalam pita seluloid pada 1984. Sebuah film yang diangkat dari cerita hidup Mozart berjudul Amadeus garapan sutradara Milos Forman telah memenangkan delapan Academy Award--sebuah penghargaan yang luar biasa.

Dalam sakit parah di masa-masa akhir hidupnya, sebuah Requiem agung diciptakannya, yang ternyata menjadi pengantar kematiannya sendiri pada 1791. Mozart segera dilupakan orang. Tanda kuburnya pun tak pernah diketahui pasti hingga sekarang. Seniman besar sepanjang abad ini mewarisi dunia dengan karya musik dalam jumlah dan nilai keindahan yang luar biasa.

Kini, penghargaan dan festival musik di seluruh dunia yang menggunakan namanya semakin banyak. Penghormatan dan penghargaan kian meluas. Selanjutnya, kita layak menyimak sebuah kaidah mazhab Mozartian: semakin orang menganggap serius musik Mozart, semakin serius dia diperhitungkan.

Nina Andriana, pustakawan Jakarta